literasiinformasi pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Literasi Informasi Literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. 2.2 Manfaat dan Tujuan Literasi Informasi 2.2.1 Manfaat literasi informasi
ArticlePDF Available AbstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pencarian informasi mahasiswa ketika menelusur di nternet. Acuan yang digunakan dalam penelitian adalah model pencarian informasi di lingkungan elektronik yang dikemukakan oleh archionini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan pendekatan analisis kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner, dengan pengolahan data secara deskriptif. Populasi penelitian adalah mahasiswa pascasarjana program magister angkatan 21 yang sedang menyusun tesis dan menggunakan internet sebagai sumber informasi. esponden terdiri dari 331 mahasiswa yang berasal dari 12 fakultas dan program pascasarjana. ipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hubungan antara frekuensi menelusur dengan pengetahuan mengenai cara menelusur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji statistik hi-Suare. asil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi menelusur dengan pengetahuan mengenai cara menelusur mahasiswa. asil analisis menunjukkan bahwa pola pencarian informasi mahasiswa yang diamati dalam penelitian ini tidak sesuai dengan model pencarian informasi archionini. alam melakukan pencarian informasi mahasiswa cenderung menggunakan teknik browsing dan berdasarkan karakteristiknya mahasiswa dapat dikelompokkan sebagai pengguna pemula Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 199No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004POLA PENCARIAN INFORMASIDI INTERNETOleh Rahmi Rivalina *AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pencarianinformasi mahasiswa ketika menelusur di Internet. Acuan yangdigunakan dalam penelitian adalah model pencarian informasidi lingkungan elektronik yang dikemukakan oleh dilakukan dengan menggunakan metode survaidengan pendekatan analisis kuantitatif. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan teknik kuesioner, denganpengolahan data secara deskriptif. Populasi penelitian adalahmahasiswa pascasarjana program magister angkatan 2001yang sedang menyusun tesis dan menggunakan internetseba ga i sumber informasi. Responden te rd iri dari 331mahasiswa yang beras al dari 12 fakultas dan programpascasarjana. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalahhubungan antara frekuensi menelusur dengan pengetahuanmengenai cara menelusur. Pengujian hipotesis dilakukandengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil pengujianhipotesis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antarafrekuensi menelusur dengan pengetahuan mengenai caramenelusur mahasiswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa polapencarian informasi mahasiswa yang diamati dalam penelitianini tidak sesuai dengan model pencarian informasi melakukan pencarian informasi mahasiswa cenderungmenggunakan teknik browsing dan berdasarkan karakteristiknyamahasiswa dapat dikelompokkan sebagai pengguna Dra. Rahmi Riva lina, ad alah Koordi nat or Perpustakaan TeknologiKomunikasi dan Informasi Pendidikan, Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 200 Website Latar BelakangPenjajagan awal penulis di kampus UI Depok pada tanggal 26-30April 2002 menemukan bahwa pusat layanan Internet mahasiswa,MWeb, ketika pertama kali dibuka pada tahun 2000, pengunjungpernah mencapai 900 orang/hari. Pada tahun 2001 menjadi 5 tempat. Disamping MWeb, Unit PelaksanaTeknis UPT perpus takaan dan perpustakaan fakultas jugamenyediakan fasilitas Internet untuk ini menunjukkan ada kebutuhan mahasiswa untuk berinteraksidengan teknologi dalam rangka memutakhirkan pengetahuan,mengerjakan tugas, mempersiapkan penyusunan karya ilmiah baikskripsi maupun tesis. Pada wak tu penyusunan k arya ilmiahmahasiswa berada dalam situasi problematis. Situasi ini dipertegasdengan pendapat seorang guru besar IPB, Khomsan 2002, bahwamahasiswa yang sedang dalam tahap pembimbingan seringkalimenghilang dengan berbagai alasan, ada yang pusing menjembatani kebutuhan infor masi tersebut biasanyamahasiswa berk unj ung ke pusa t informasi perp ustak aan .Perpustakaan se ring kali tidak dapat mem enuhi kebutuhanpengguna yang luas dan beragam. Perpustakaan mempunyaiketerbatasan koleksi baik buku, jurnal dan karya ilmiah dengan fenomena tersebut maka Internet merupakansalah satu solusi untuk mendapatkan informasi. Pencarian informasidi Internet membutuhkan keterampilan menelusur dan Perumusan MasalahBila seseorang merasakan pengetahuan yang dimilikinya tentangsesuatu bagian dari kegiatan kurangā atau tidak cukupādisebutdengan kesenjangan informasi. Kesenjangan ini merupakan dasarkebutuhan informasi, dan awal dari proses pencarian penelitian ditetapkan sebagai berikutRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 201No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004a . Bagaimana pola pencarian informasi mahasiswa pascasarjanaUI ketika mencari informasi di Internet?b . Apakah ada hubungan antara frekuensi menelusur denganpengetahuan menelusur mahasiswa pascasarjana UI ketikamencari informasi di Internet?C. Batasan Penelitiana. Mahasiswa pascasarjana program magister angkatan 2001,Universitas Indonesia yang sedang menyusun tesis danmenggunakan media elektronik, Internet sebagai Menggunakan model pencarian informasi Marchionini untuktahap yang PUSTAKAA. Model Pencarian InformasiModel pencarian informasi merupakan tahap-tahap pencarianinformasi yang ditandai ciri-ciri tetentu dari masing-masing besar model pencarian informasi bebentuk putaran yangdiprakarsai oleh kebutuhan informasi pencari informasi Borgman,2000109.Model Marchionini menggambarkan proses pencarian informasi dilingkungan elektronik dalam bentuk algoritma dengan 9 unsur, tetapidalam 8 tahapan yaitu 1. recognize mengenali masalah informasi2. accept menerima masalah informasi 3. define problemmendefinisikan dan memahami masalah 4. select source memilihsebuah sistem penelusuran 5. formulate query merumuskansebuah pertanyaan 6. execute query melaksanakan penelusuran7. examine result memeriksa hasil penelusuran 8. extract infomemilah informasi dan 9 reflect/stop, mengakhiri penelusuran,seperti yang terlihat pada gambar 1Rahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 202 Website strategies Browsing strategiesPlanned OpportunisticGoal Driven Data DrivenDeterministic HeuristicFormal InformalDiscrete ContinuousRecognizeAcceptDefineProblemSelectSourceFormulateQueryExecuteQueryExamineResultsExtractInfoReflectStopDefault TransitionsHigh Probability TransitionsLow Probability TransitionsGambar Pencarian Informasi MarchioniniModel ini dilengkapi dengan 3 jenis garis yaitu a bold and solid arcdefault transition, garis yang menghubungkan tahap pertamaketahap kedua dan seterusnya, disebut ātahap yang seharusnyaādilalui oleh pencari informasi. b dash arc high probablity transition,garis putus-putus merupakan langkah balik disebut denganāpeluang tinggiā berhubungan dengan tahap yang dituju. dan csolid arc low transition probability garis biasa merupakan langkahbalik disebut dengan āpeluang rendahā berhubungan dengantahap yang 2 strategi pokok dalam menelusur informasi di lingkunganelektronik yaitu analytical strategy dan browsing pokok antara strategi analitikal dengan browsingRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 203No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004Pencari informasi yang ahli cenderung memilih strategi analitikalketika menelusur informasi. Penggunaan index untuk menemukantarget seleksi adalah contoh strategi penelusuran strategi browsing membutuhkan sedikit beban kognitifda n le bih dim inat i ol eh p enc a ri i nfor m asi ya ng b elu InformasiSejalan dengan perkembangan teknologi informasi maka konsepinformasi juga mengalami perubahan-perubahan sesuai situasi dankondisi yang mempengaruhinya. Definisi-defini tentang informasibukanlah klasifikasi mutlak tapi merupakan rangkaian perjalananinform asi inform ation journey yang ker umitanya semakinbertambah, Saracevic dan Kantor, 1998.Buckland 1991, menjabarkan informasi menjadi a information-as-process berperan menyampaikan, b information-as-knowledgesesuatu yan g dira s akan da lam inf ormatio n as -pr oces s ,pengetahuan yang dikomunikasikan, dan c information-as-thing,informasi adalah objek seperti data dan dokumen yang dapatmemberikan informasi. Pendapat yang berbeda dengan Bucklandadalah Barlow dalam Borgman 200058, yang menyatakan bahwainformation obviously not a thing, information is phenomenon withthree properties an activities, a life form, and a relationshi, bahwainformasi bukanlah sebuah objek tapi merupakan sebuah fenomenadengan 3 hal yaitu kegiatan, bentuk kehidupan, dan entara itu Saracevic dan Kantor 1998 mendefinisikaninformasi dalam hubungan dengan nilai informasi menjadi 3rangkaian yang merupakan satu kesatuan. Narrowest sensepengertian yang paling sempit informasi adalah tanda atau pesan-pesan untuk mengambil keputusan yang melibatkan sedikit atautidak ada sama sekali proses kognitif. Broader sense pengertianyang lebih luas, informasi adalah proses kognitif. Informasi tidakdapat diraba melainkan tergantung pada konsep dan pemahamanman usia. Ses eora ng me lak u k an pr oses i nfor masi d anpenyatuannya ke dalam struktur kognitif. Broadest sense pengertianRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 204 Website paling luas informasi tidak hanya meliputi pesan-pesan,proses kognitif tapi juga hubungan dalam hal situasi, tugas, masalahyang ada, dan Kebutuhan InformasiKebutuhan adalah konsep psikologis yang dekat hubungannyadengan konsep motivasi, kepercayaan dan nilai-nilai. Kebutuhanadalah taraf awal ketika seseorang merasakan bahwa sebaiknyamem anfaatkan kondisi untuk mengetahui sesuatu yang tidakdiketahuinya. Pengertian lain tentang kebutuhan adalah taraf awalketika seseorang merumuskan pernyataan kebutuhan informasi,Borgman 2000109.Kebutuhan informasi bersifat subjektif dan hanya muncul padapik iran pencari informasi, yang mengarah pada pendekatanproblematik. Beberapa hasil penelitian m enemukan bahwakebutuhan informasi dipenga ruhi oleh variabel karakteristikseseorang, emosi, demografi, sosial, lingkungan dan Chowdhury 1999181 mengatakan bahwa kebutuhaninformasi merupakan suatu konsep yang seringkali informasi muncul ket ika seseora ng menya daripengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasipermasalahan tentang subjek Pencarian InformasiGiannini 1998363 mengatakan informasi mengandung 3 prosesutama yaitu a penerimaan informasi information receiving,pencarian informasi information seeking, dan penggunaaninformasi information using. Pencarian informasi terjadi bilaseseorang mencari informasi khusus untuk memenuhi kebutuhaninformasinya. Proses ini dilaksanakan oleh sistem temu kembaliinf ormasi di komputer dengan menelusur, menem uk an danmenampilkan dokumen. Proses informasi bergerak dari penggunamenuju ke komputer sistem temu kembali informasi dan kembalike Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 205No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004Sementara, Marchionini 19955 mengatakan istilah informationseeking lebih luas dari information retrieval temu kembali informasikarena pencarian informasi lebih berorientasi pada manusia danlebih terbuka. Pencarian informasi adalah mekanisme yang alamidan diperlukan oleh manusia. Proses ini erat hubungannya denganpembelajaran dan pemecahan kemahiran dalam pencarian informasi pengguna dapatdibedakan 3 kelom pok, Chowdhury 1999274a novice userpengguna pem ula, b knowledge able but inter mitten userpengguna berrpengetahuan tentang sistem temu kembali informasitetapi jarang menggunakannya sehingga menjadi tidak terampil,c frequent user pengguna mahir.E. InternetInternet, terutama Web, telah membuat pengaruh yang luar biasaterhadap lingkungan pendidikan dan penelitian, Chowdhury,1999400,.a. mahasiswa, peneliti dan akademisi dapat mengakses katalog-katalog perpustakaan besar dunia, peningkatan jum la hperpustakaan membuat OPAC yang dapat di akses melaluiInternet;b. Sivitas akademika dapat mengakses sejumlah besar databasebibliografi, angka, full-text termasuk hypermedia, databaseonline;c. Sivitas akademik a dapat melakukan diskusi aktif denganmenggunakan newsgroup untuk bertukar informasi penelitiandan gagasan;d. dapat mengakses bermacam homepage seperti akademisi,dan institusi penelitian;e. penelitian kelompok dan kerjasama dapat mempublikasikan diInternet;f. mahasiswa dan peneliti dengan mudah dapat menemukaninformasi akademika, kursus, bea siswa dan lain-lain;g. Internet juga mempunya potensi melaksanakan pendidikan Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 206 Website PENELITIANPenelitian ini menggunakan metode suvei dengan pendekatananalisis kuantitatif . Variabel yang diteliti adalah, a frekuensipenggunaan Internet, b pengetahuan cara menelusur, c polapencarian Populasi dan SampelPopulasi penelitian ini 2238 mahasiswa berasal dari 12 fakultasdan sekretariat pascasarjana yang khusus mengelola programkajian yang biasa disebut pengambilan sampel berdasarkan besaran sampel denganmenggunakan tabel penarikan sam pel Powell, 199980, 331responden untuk populasi heterogen. Selanjutnya, jumlah iniditetapkan untuk masing-masing fakultas yang pendistribusiansam pel t e rse but dil a kuk a n sec ara prop osio nal . Set elahme nd apatkan j umlah sampel per fakultas maka pemilihanresponden dilakukan menggunakan sampel aksidental accidentalsampling.B. Metode Pengumpulan DataAlat ukur utama yang digunakan dalam pengumpulan data adalahkuesioner questionnaire.C. Analisa DataData yang terkumpul dikelompokkan menjadi 2 yaitu a dataresponden yang menggunakan Internet, dan b data responden yangtidak menggunakan Internet. Untuk data yang menggunak anInternet dilakukan pengkodean data. Untuk mengetahui frekuensivariabel yang diamati dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuanprogram aplikasi SPSS Statistical Package for Social Science.Selanjutnya dilakukan pengkategorian dan tabulasi silang. Pengujianhipotesis menggunakan metode statistik non parametrik Chi-SquareKai-Kuadrat.Rahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 207No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004HASIL DAN PEMBAHASANA. Informasi UmumMahasiswa yang mengakses Internet dalam rangka penyusunantesis 302 91,24%, sedangkan 29 8,76% mahasiswa tidak. Alasanmahasiswa yang tidak mengakses a mahasiswa mengalamikesulitan menelusur, tapi tetap membutuhkan informasi dari Internetdengan bantuan seseorang intermediary, b kualitas hasil penelitiandi Internet masih lebih sering mengakses Internet di warnet kampus dankantor dari pada rumah dan perpustakaan. Mereka belajar mengenaiInternet lebih banyak belajar sendiri dengan coba-coba trial anderror 78 25,83% dan bantuan teman 53 17,55%. Hanya 6 orangsaja yang mengikuti kursus di luar penggunaan Internet mahasiswa relatif rendah sepertiterlihat pada tabel Mahasiswa MenelusurKategori/tingkat penggunaan Responden %Rendah 1-2 kali/minggu 164 54,30Sedang 3-4 kali/minggu 82 27,15Tinggi lebih 5 kali/minggu 56 18,54 Jumlah 302 100,00Kondisi ini bersamaan dengan kenyataan bahwa a 113 37,41%dari 302 mahasiswa mengatakan Internet masih mahal b ketikamenelusur di Internet mahasiswa mendapatkan informasi tidaksebanyak yang dibutuhkan 268 88,7%.Dalam mencari informasi mahasiswa cendrung menggunakanRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 208 Website search engine, 81 26,82%. Artinya mahasiswa menelusurinformasi di Internet relatif aktif dibandingkan dengan hanyamengetik alamat situs. Pada kenyataan 129 mahasiswatidak mengetahui situs disiplin ilmu. Mahasiswa yang memanfaatkankelompok diskusi dan surat elektronik hanya Pengetahuan Mengenai Sistemdan Cara PenelusuranMa hasis wa yang ta hu 30 9, 93% tentang sist em/sar anapenelusuran mahasiswa yang memilih āindeksā dan ākatalog kartuāsebagai sarana penelusuran. Sedangkan mahasiswa memilihkom binasi āindeksā dan ākatalog kartuā dikategorikan sebagaimahasiswa kurang tahu 149 49,34%. Selanjutnya, mahasiswayang memilih ābukuā, āensiklopediaā dan āInternetā atau kombinasiketiganya dikategorikan sebagai mahasiswa yang tidak tahu 12340,73%.Untuk pengetahuan mengenai cara menelusur kategori tahu 22474,17% mahasiswa yang memilih āmengetik istilah/frasaā yangdapat mewakili topik yang dimaksud. Mahasiswa yang memilihāmengetik istilah dengan menggunakan ANDā atau ākombinasiādikategorikan sebagai m ahasiswa kurang tahu 62 20,53%.Selanjutnya, mahasiswa yang memilih āmengetik seluruh topikādikategorikan sebagai tidak tahu 16 5,30%. .Untuk men ge tahui apak ah ada hub ungan antara frekuensimenelusur dengan pengetahuan mengenai cara menelus urmahas is wa dilakukan pengujian menggunakan tersebut dilakukan dengan membuat tabulasi silangmengenai profil m ahasiswa berdasark an kategori frek uensimenelusur dan kategori pengetahuan mengenai cara menelusur,seperti yang tercantum pada tabel Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 209No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004Tabel Mahasiswa Berdasarkan Kategori Frekuensi Menelusurdengan Pengetahuan Mengenai Cara Menelusur Pengetahuan Frekuensi Menelusur Cara Menelusur Tinggi Sedang RendahJumlahTahu 39 55 130 224Kurang 14 24 24 62Tidak tahu 3 3 10 16 Jumlah 56 82 164 302X2 hasil perhitungan adalah 8,2782. Selanjutnya nilai tersebutdibandingkan dengan nilai X2 dari tabel dengan derajat bebas 4 dantaraf signifikansi a sebesar 0,05, yaitu sebesar 9,4877. Karena X2hasil perhitungan lebih kecil dari X2 tabel maka H0 diterima. Hal inimenunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antarafr ekuen si men el usur denga n pengetahua n mengen ai caramenelusur Pola Pencarian InformasiMahasiswa yang mengetahui secara spesifik kebutuhan informasiādan menyadari bahwa mereka harus m elakukan pencarianinformasiā 264 87,4% dari 302. Untuk tahap-tahap yangseharusnya mendefinisikan masalah, memilih sistem penelusuran,merumuskan pertanyaan, melaksanakan penelusuran, memeriksahasil penelusuran, memilah hasil penelusuran, dan mengakhiripenelusuran hasil penelitian mengungkapkan bahwa mahasiswamelakukan tahap-tahap yang seharusnya terpisah-pisah diantaratahap-tahap pencarian informasi. Ada mahasiswa yang tidakdiketahui kapan m elakukan tahap-tahap yang Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 210 Website ada mahasiswa yang melakukannya berulang-ulang, sepertitabel Mendefinisikan MasalahSaat Dilakukan Pendefinisian Masalah Frekuensi %1. setelah mengenali dan menerima 89 29,47masalah2. setelah memilih sistem penelusuran 59 19,543. setelah merumuskan pertanyaan 50 16,56Jumlah 198 65,57Tabel 3 menunjukk an bahwa tahap pendefinisian mas alahādila k uka n bervariasi. 53 17,55 % mahas iswa yang tidakmendefinisikan masalahā tapi langsung āmenelusurā 28 9,3%,āmerumuskan pertanyaanā 12 4%, āmemilih sistem penelusuranā 93%, dan āmengenali dan menerima masalahā 4 1,3%. Ada 5116,88% mahasiswa tidak diketahui kapan mendefinisikanmasalahā.Gambaran awal pencarian informasi m ahasiswa yang telahāmengenali dan menerima masalahā ada 4, a ke tahap 2, 8933,71%, b ke tahap 3, 68 25,76%, c ke tahap 4, 54 ke tahap 5, 53 20,08%.302 mahasiswa yang melakukan pencarian informasi di Internetdalam rangka penyusunan tesis ternyata tidak satupun polapencarian mahasiswa yang sesuai dengan model Marchionini untuktahap yang seharusnya. Namun begitu, ada 13 mahasiswa yangmendekati model Marchionini seperti terlihat pada tabel berikutRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 211No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004Tabel Informasi Mahasiswa yang mendekatiModel Pencarian Informasi MarchioniniTahap Penelusuran Frekuensi %1. 1-2-3-4-5 3 23,082. 1-2-4-5-5-6-7-8 1 7,693. 1-2-3-5-5-7-7-8 2 15,384. 1-2-5-5-5-6-7-8 2 15,385. 1-4-4-4-5-6-7-8 1 7,696. 1-3-3-2-5-6-7-8 1 7,697. 1-2-3-5-5-6-7-8 1 7,698. 1-2-3-4-6-6-7-8 1 7,699. 1-2-4-4-5-6-7-8 1 7,69 Jumlah 13 100D. Pembahasan268 mahasiswa hanya mendapatkan beberapa informasi tidaksebanyak yang dibutuhkan. Hal yang sama pernah ditemukanKaminer 1997 pencari informasi harus mempunyai keterampilanme nelusur. Kondisi ini kem ungkinan disebabkan frekuensimahasiswa menelusur rendah. Rendahnya frekuensi menelusurbisa juga karena a Internet masih mahal dan b strategi penelusuranmahasiswa yang tidak efektif sehingga mahasiswa browsingkemana-mana. Disamping itu dapat pula dihubungkan dengan carabelajar mahasiswa tentang Internet, sendiri dengan coba-coba danbantuan teman. Meskipun cara belajar seperti ini adalah belajarorang dewasa namun sering kurang terstruktur dibandingkandengan membaca buku panduan atau yang diperoleh mahasiswa baik yang frekuensi ātinggiā,āsedangā dan ārendahā tidak membuktikan bahwa frekuensi ātinggiāmendapatkan hasil sebanyak yang dibutuhkan atau lebih dari yangRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 212 Website 18 dari 302 mahasiswa memperoleh hasil sebanyakyang dibutuhkan. 9 dari 18 mahasiswa tersebut masuk kelompokfrekuensi ārendahā dan hanya 2 mahasiswa kelompok frekuensiātinggiā. 12 dari 302 mahasiswa memperoleh hasil lebih dari yangdibutuhkan. Masing-masing 5 dari 12 mahasiswa masuk kelompokfrekuensi ārendahā dan ātinggiā. Hal ini terjadi kemungkinandi seba bkan m a has iswa s anga t m enyadari ke ter batasanpengetahuan dan keterampilan menelusur yang dimiliki. Sehinggamah asis wa tid ak mempu nya i hara pan yang ti nggi untukmendapatkan hasil yang relevan. Penemuan ini sesuai denganZhang 2001 mengatakan pencari informasi perlu memahamisistem ketika berinteraksi dengan Internet sehingga pencariinformasi dapat menemukan informasi yang cocok secara efektifdan efisien dan dapat memberikan kepuasan bagi itu temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yangdilakukan Bruce 1998 bahwa tidak ada perbedaan penting tingkatkepuasan dalam pencarian informasi di Internet baik yangmenelusur setiap hari, mingguan, bulanan atau 6 2 jenis pencari informasi, yaitu, a pencari informasi aktif, lebihbanyak merumuskan pertanyaan query dengan menggunakanfasilitas search engine ketika menelusur, b pencari informasi pasif,langsung mengetik alamat situs. Marchionini 1995 menegaskanbahwa pencari informasi yang aktif adalah pencari informasi yangmenggunakan strategi analitikal. Temuan di lapangan menunjukkanmeskipun mahasiswa lebih sering menggunakan fasilitas searchen gine tapi pe nel usur an ya ng dil akuk annya cend eru ngmenggunakan strategi browsing. Mahasiswa menggunakan fasilitassearch engine bukan karena termasuk pencari informasi aktif tapidisebabkan karena mahasiswa kurang mengetahui situs disiplin ilmu129 42,71%.Kurangnya mahasiswa menggunakan operator Boolean 9 2,98%juga pernah ditemukan dalam penelitian Silverstein dalamLucas dan Topi 2002. Menurut Marchionini 1995 salah satu carauntuk merumuskan query yang tepat dengan menggunak anoperator Boolean. Mahasiswa dalam penelitian ini cendrung pencariRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 213No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004info rma si akt if , tidak me nggunak an str ategi analit ik al tapimenggunakan strategi browsing yang bersifat keberuntungan,cenderung bolak balik berorientasi pada data, tidak formal danberkelanjutan. Hal ini terjadi kemungkinan ketidaktahuan mahasiswabagaimana membangun sebuah query untuk penelusuran yangefektif. Bisa juga disebabkan keterbatasan pengetahuan mahasiswada lam meru mus kan per tanyaan dan ren dahnya fr eku dihubungkan dengan pendapat Chowdury 1999 mengenaikemahiran dalam pencarian informasi di lingkungan elektronik makamahasiswa ini dikelompokkan pengguna pemula novice user.Temuan ini juga mengungk apk an bahwa hanya 30 dari 302mahasiwa yang mengetahui bahwa indeks dan katalog kartu disebutseba gai sarana penelu su ran. Hal ini terjadi kemu ngk inandisebabkan kurangnya pengetahuan mahasiswa tentang āpenelusuranā telah mulai dilakukan setelah tahap āmengenalidan menerima masalah informasiā. Hal ini terjadi kemungkinanana bagi pencari informasi utama dan teruma adalah menelusur bkemudahan yang dibayangkan pencari informasi ketika menelusurdengan hanya satu kata kunci pencari informasi akan mendapatkanberatus bahkan beribu ini mengungkapkan frekuensi mahasiswa memeriksahasil penelusuran rendah. Kemungkinan disebabkan mahasiswamem eri ksa hasi l pe nelus ura n pada saat onli ne sehi ngg amenyebabkan waktu dan biaya akan bertambah. Bahkan, 80mahasiswa memeriksa hasil penelusuran dengan membaca seluruhhasil. Kondisi ini bisa juga disebabkan mahasiswa merasa tidakperlu memeriksa hasil penelusuran tapi lebih mengutamakanpemilahan hasil pencari informasi merasa hasil yang diperoleh setelahmenelusur cukup bisa melanjutkan ke tahap āpemilahan informasiā.Mahasiswa yang langsung āmemilah hasil penelusuranā setelahRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 214 Website hasil penelusuranā 189 mahasiswa. Ternyata tahapāp emi lah anā tel ah mulai dilakuk an se tel ah melak sanakanāpenelusuranā sehingga frekuensi tahap ini tinggi. Berbeda dengantahap pemeriksanaan hasil sebelumnya. Hal ini kemungkinandi sebabkan ketika mah asis wa m ela k ukan pe m erik saanmembutuhkan beban kognitif dan waktu yang lama sehinggamempengaruhi waktu penelusuran hasil yang diharapkan terpenuhi maka pencarian informasi dapatberakhir bila tidak pencarian akan belanjut. 132 mahasiswalangsung mengakhiri penelusuran setelah memilah meskipun hasilyang diperoleh belum terpenuhi. Penelusuran informasi untuklingkungan elektronik jarang sempurna hanya dengan sebuahpertanyaan tunggal. Sering temuan awal menjadi umpan balikperumusan pertanyaan dan pelaksanaan penelusuran penelitian mengungkapkan bahwa pola pencarian informasimahasiswa cenderung berulang-ulang. Hal ini terjadi karenapenelusuran itu bukan dogmatis yang telah ditetapkan berdasarkanaturan tapi merupakan pragmatis yang dilandasi dengan kebutuhanmasing-masing pencari DAN SARANA. Kesimpulana. Frekuensi mahasiswa menelusur di Internet dikelompokkandalam kategori rendah. Kondisi ini bers amaan dengankenyataan 268 88,74 mahasiswa mendapatkan informasi tidaksebanyak dibutuhkan, 18 5,96% mahasiswa mendapatkaninformasi sebanyak dibutuhkan, 12 3,97% mahasiswa lebihdari dibutuhkan, 4 1,32% mahasiswa tidak 113 mahasiswa mengatakan Internet Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensimenelusur dengan pengetahuan mengenai cara menelusurmahasiswa H0 diterima. X2 dari tabel dengan derajat bebas 4dan taraf signifikansi a sebesar 0,05, yaitu sebesar 9,4877 Rahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 215No. 14/VIII/TEKNODIK/JUNI/2004X2 hasil perhitungan lebih kecil dari X2 tabel.c. Pola pencar ian informasi mahas iswa di Internet sangatbervariasi. Temuan menunjukkan bahwa tidak ada satupun polapencarian informasi mahasiswa yang sesuai dengan modelpencarian informasi 87,42% mahasiswa ke tahap pertama,89 29,47% mahasiswa ke tahap kedua,86 28,48% mahasiswa ke tahap ketiga,46 15,23% mahasiswa ke tahap keempat,93 30,79% mahasiswa ke tahap kelima,88 29,14% mahasiswa ketahap keenam,189 62,58% mahasiswa ketahap ketujuh,132 43,71% mahasiswa ketahap Sarana. Hasil pene li ti an ini me nunjukkan bahwa pengetahuanmahasiswa baik mengenai sistem atau sarana penelusuranmaupun mengenai cara menelusur adalah rendah. Akibatnyamahasiswa memperoleh hasil tidak sebanyak yang ini agar menjadi perhatian pihak lembaga, staf pengajarda n akad emik un tuk me m bek ali ma hasi swa d e nga npengetahuan dan teknik menelusur di media Pengguna jasa layanan Internet memperlihatkan peningkatandi lingkungan kampus. Data ini diindikasikan dengan banyakbermunculan pusat layanan Internet baik yang diselenggarakanoleh Mweb atau provider lain maupun perpustakaan jurusan,fakultas dan UPT. Berdasarkan data penelitian ini pengetahuandan keterampilan menelusur mahasiswa masih belum maksimaluntuk itu pusat layanan Internet dapat mensosialisasikan modelpencarian informasi Marchionini untuk pengguna Pembahasan penelitian ini belum dapat menjawab dengantuntas dan pasti yang menjadi penyebabnya, bahkan seringkalidalam pembahasan dimulai dengan kata ākemungkinanā olehkarena itu dalam penelitian selanjutnya disamping kuesionerpeneliti dapat juga melakukan Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka penelitian ini hanyaRahmi Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet 216 Website pada ruang lingkup tahap yang seharusnya dari ModelMarchionini. Untuk itu disarankan penelitia selanjutnya dapatmelakukan penelitian yang lebih dalam terhadap peluang tinggidan peluang rendah dengan menggunakan PUSTAKABorgman, Christine L. 2000. From Gutenberg to the Global InformationInfrastructure Access to Information in the Networked World. The MITPress, United States of Harry. 1998. āUser Satisfaction with Information Seeking on theInternetā, Journal of the American Society for Information Science,496541-556Buckland, Michael. 1991 āInformation as a thingā, Journal of the AmericanSociety for Information Science, 425 1999. Introduction to Modern Information Retrieval. LondonLibrary Association Tula. 1998. āInformation Receiving A Primary Model of theInformation Processā, Contributed Papers-User Information Interaction,ASIS, Noam. 1997. āScholars and the use of the internetā, Library andInformation Science Research, 194 Al i. 200 2. Strategi Percepatan P endid ikan Pasc asarj ana,Republika, Rabu 13 Februari 2003, hal. 4, Wendy dan Topi, Heikki. 2002 āForm and Function The Impact ofQuery Term and Operator Usage on Web Search Resultsā, Journal of theAmerican Society for Information Science, 532 Gary. 1995. Information Seeking in Electronic Environment,Cambridge University Press, United States of Ronald R. 1999. Basic Research Methods for Librarians, Third Publishing Corporation Greenwich, Connecticut. London. Tefko and Kantor Paul B. 1998. āStudying the Value of Libraryand Information Services in Corporate Environmentsā, Contributed Papers-Evaluating Services, ASIS p. Yin. 2001 āScholarly Use of Internet-based Electronic Resourcesā,Journal of the American Society for Information Science, 528 Rivalina Pola Pencarian Informasi diInternet ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
. 179 396 394 251 431 0 37 414